Sabtu, 15 September 2012

Kapan Waktu yang Tepat Anak Mulai Sekolah

Saat ini tuntutan untuk bersaing semakin berkembang, hal ini membuat orangtua berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak mereka sejak dini. Pihak sekolahpun dituntut untuk memberikan kurikulum yang dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak, sehingga tidak jarang ditemukan anak dibebani dengan tugas yang cukup rumit saat berada di Playgorup. Hal ini dilakukan agar ia lebih siap untuk masuk ke tingkat pendidikan selanjutnya. Benarkah demikian?

Pada dasarnya seorang anak baru dituntut untuk menjalani pendidikan secara formal pada usia 6 tahun (usia SD). Sedangkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) adalah masa dimana anak dipersiapkan untuk bisa mengikuti pendidikan formalnya kelak, sehingga kegiatan yang dilakukan lebih berbentuk permainan. Namun demikian saat ini seringkali ditemukan bahwa beberapa sekolah TK melakukan seleksi bagi calon muridnya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan siap untuk sekolah dan apa saja ciri-cirinya ?

Secara konvensional, batasan kesiapan sekolah lebih berkaitan dengan aspek akademis dimana anak dianggap siap untuk sekolah jika secara kognitif ia diperkirakan akan mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dalam pendidikan formal di TK. Jika dikaji lebih dalam maka kesiapan sekolah memiliki aspek yang lebih luas dengan melibatkan banyak aspek.

Hal-hal yang menentukan kesiapan sekolah seorang anak, antara lain :
  1. Kemampuan motorik.
    Aspek ini meliputi pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan berkaitan dengan kondisi motorik, seperti kemampuan untuk menggunakan otot-ototnya untuk melakukan gerakan motorik kasar (seperti melompat, berlari) maupun gerakan motorik halus (seperti menggunting, memegang pensil atau mengambil benda yang berukuran kecil).
  2. Kemampuan sosial-emosional.
    Aspek ini mengarah pada kemampuan anak untuk berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya maupun keterampilan sosial, seperti kemampuan untuk memahami keinginan orang lain dan saling bekerjasama. Termasuk juga aspek emosional yaitu kemampuan untuk mengenali kebutuhan diri, mengenali emosi orang lain serta kemampuan untuk memahami maupun mengekspresikan perasaannya sendiri.
  3. Kemampuan bahasa
    Aspek ini meliputi bahasa verbal, seperti kemampuan mendengarkan, berbicara dan perbendaharaan kata yang dimiliki sehingga memudahkannya untuk memahami instruksi yang diberikan oleh guru ataupun berkomunikasi dengan orang lain.
  4. Kemampuan kognitif
    Aspek ini berkaitan dengan keteraturan anak dalam berpikir, pemahaman tentang konsep dasar, seperti kesamaan, perbedaan, angka, wana, letak, dsb, sehingga memudahkannya untuk memahami pelajaran yang diberikan.
  5. Ketergantungan pada orangtua.
    Kemandirian yang ditampilkan oleh anak akan ikut berperan dalam menentukan kesiapan anak untuk bersekolah. Sejauh mana seorang anak masih tergantung pada orangtuanya. Apakah seorang anak membutuhkan pendampingan orangtua dan bisa digantikan oleh pihak otoritas lain, dalam hal ini tokoh guru.
  6. Kemandirian anak
    Aspek ini mengacu pada kemampuan dan keberanian untuk dapat menentukan sendiri kegiatan yang ingin dilakukan. Pada dasarnya pada usia 3 tahun anak sudah mulai lebih mandiri dan tahu apa yang ingin dilakukannya. Selain itu perlu dilihat apakan anak ragu-ragu, takut-takut atau justru yakin pada apa yang ingin dilakukannya.
  7. Kemampuan untuk mengerjakan tugas
    Hal ini berkaitan dengan kemampuan konsentrasi, rentang perhatian, keuletannya dalam bekerja, kemauan untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan batas kemampuan anak.
Pada lima tahun kehidupan, kemampuan anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sangatlah besar. Tercapainya perkembangan yang optimal memang berkaitan erat dengan stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya. Keluarga sebagai pihak yang terdekat dan paling besar memberikan pengaruh pada anak merupakan tempat yang paling banyak berperan dalam memberikan stimulasi tersebut.

Oleh sebab itu sudah sewajarnya jika seluruh anggota keluarga ikut terlibat dalam memberikan stimulasi yang dapat beragam sehingga potensi yang dimliki anak berkembang secara optimal. Dengan demikian anak pun lebih siap untuk menjalani masa sekolahnya.